Kita mulai di sini,
Purwokerto tidak bisa dipisahkan dengan
Banyumas karena Purwokerto adalah
ibukota kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. Dengan jumlah penduduk 249.705
jiwa pada tahun 2005. [1] . Tak pelak lagi
Purwokerto terkenal karena keberadaan
lokawisata Baturaden, Obyek wisata
alam di kaki Gunung Slamet ini
mengandalkan kesejukan alam dan
panoramanya yang indah menghijau.
Berbagai julukan di sandang kota di jalur
selatan Jawa Tengah ini dari Kota
Wisata, Kota Kripik, Kota Pendidikan
sampai kota Pensiunan karena begitu
banyknya pejabat-pejabat negara yang
pensiun dan akhirnya menetap di kota ini.
Di kota ini pula terdapat musium Bank
BRI, karena bank pertama kali berdiri
ada disini dan pendiri bank ini adalah R.
Wirya Atmadja putra daerah
Purwokerto. Purwokerto menjadi pusat
pemerintahan Kabupaten Banyumas yang
dulunya berada di kota Banyumas terletak
kurang lebih 15 km arah tenggara kota
Purwokerto. Kepala daerah kabupaten
Banyumas saat ini adalah Drs. H.
Mardjoko MM.
Geografi
Purwokerto terletak di selatan Gunung
Slamet, salah satu gunung berapi yang
masih aktif di pulau Jawa, secara
geografi Purwokerto terletak di
koordinat 7°26′S 109°14′E. Selain
menjadi pusat pemerintahan karena
menjadi pusat koordinasi daerah Jawa
Tengah bagian Barat Bakorlin III.
Ekonomi
Secara tradisional, Purwokerto bukan
merupakan kota industri maupun
perdagangan. Sampai saat ini, aktivitas
industri amat jarang ditemukan di
Purwokerto. Kota ini bisa dikatakan
tidak memiliki industri dalam skala besar
yang dapat menyerap ribuan tenaga kerja
atau mencakup wilayah puluhan hektar.
Jika pun ada industri, itu umumnya
industri-industri tradisional yang hanya
mempekerjakan puluhan pekerja (seperti
industri rokok rumahan, industri mie atau
soun kering kecil-kecilan, pabrik pengolah
susu skala kecil, industri peralatan dari
logam yang tidak seberapa, serta industri
makanan oleh-oleh yang hanya ramai
pada musim Lebaran). Sektor perdagangan
pun setali tiga uang. Di kota ini tidak
ditemukan aktivitas perdagangan dalam
skala besar. Kota ini tidak memiliki
pelabuhan atau fasilitas bongkar-muat
barang dalam skala yang secara ekonomi
signifikan. Juga tidak terdapat areal
pergudangan yang dapat menyimpan
komoditas dalam jumlah ribuan kubik.
Pendek kata, kota ini sama sekali bukan
kota industri dan perdagangan.
Sampai dengan awal dekade 2000-an,
kota ini lebih cocok disebut sebagai kota
pegawai dan anak sekolah. Mata
pencaharian penduduk yang bisa
diandalkan untuk hidup cukup adalah
dengan menjadi pegawai negeri maupun
BUMN. Akhirnya, kota ini secara
ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang.
Perubahan secara cukup signifikan terjadi
mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat
kota ini mulai dibanjiri mahasiswa-
mahasiswa dari berbagai kota di pulau
Jawa untuk menuntut ilmu di pergurian
tinggi di sini (terutama di Universitas
Jenderal Soedirman UNSOED dan di
Universitas Muhammidiyah Purwokerto
UMP). Sejak saat itu, aktivitas ekonomi
rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan
mahasiswa pun menggeliat. Ribuan kamar
kos dibangun untuk disewakan kepada
para mahasiswa pendatang. Ratusan
tempat makan didirikan untuk melayani
kebutuhan lambung para mahasasiswa yang
menjalani siklus lapar setiap 6 jam. Kios-
kios alat tulis bermunculan. Warnet
tumbuh bagai cendawan di musim semi.
Bahkan, jasa pencucian baju (laundry) pun
berserkan guna memenuhi kebutuhan
pembersihan pakaian para mahasiswa
sekarang yang rupanya sudah malas
mencuci pakaiannya sendiri. Walhasil, di
tahun 2010-an ini, perekonomian kota
Purwokerto tumbuh cukup signifikan
sebagai kota jasa.
Seiring dengan tumbuhnya sektor jasa
yang terkait dengan keberadaan mahasiswa
pendatang, sektor pariwisata juga semakin
berkembang. Jumlah wisatawan lokal yang
berkunjung ke kota Purwokerto secara
visual tampak semakin banyak dari tahun
ke tahun. Ikon pariwisata kota ini adalah
Baturaden. Tempat pariwisata lain yang
menarik adalah Curug Ceheng, Curug
Cipendok, Kalibacin, Alun-Alun
Purwokerto, Candi Lumbayu di
Sumbang, Watu Sinom, dan Tepi Sungai
Serayu. Berkembangnya sektor
pariwisata pada akhirnya memicu
berkembangnya sektor ekonomi ikutannya
seperti hotel dan penginapan, rumah
makan, transportasi, dan jasa pendukung
lainnya.
Bahasa dan Budaya
Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa dengan dialek Banyumasan.
Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan
yang patut untuk dilestarikan dan
dihargai. Dialek dan budaya
masyarakatnya memperkaya
keanekaragaman Indonesia. Kenthongan
atau musik thek-thek adalah seni musik
yang dimainkan dengan alat musik bambu
yang dimainkan oleh 20-40 orang.
Kebudayaan Begalan dan Ronggeng
adalah kesenian asli Banyumas yang
sekarang sudah mulai pudar
keberadaaannya.
Pendidikan
Purwokerto saat ini memiliki 5
perguruan tinggi, di antaranya (diurutkan
berdasarkan abjad) adalah :
Politeknik Ma'arif Purwokerto
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam
Negeri (STAIN)
Universitas Terbuka Tutorial
Purwokerto (UTTP)
Universitas Jenderal Soedirman
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Universitas Wijayakusuma (Unwiku)
Kuliner
Makanan khas dari kota ini adalah
Mendoan khas Purwokerto
Mendhoan, makanan yang terbuat dari
tempe yang tipis/diiris tipis kemudian
digoreng dengan tepung yang diberi bumbu
dan digoreng setengah matang.
Kripik Tempe, prosesnya seperti
mendhoan tetapi digoreng sampai kering.
Kota Kripik merupakan salah satu
julukan dari kota Purwokerto.
Sroto, daerah lain menyebutnya Soto.
Gethuk Goreng, sentra pembuatannya
adalah Kec.Sokaraja, sebuah kota
kecamatan di pinggir kota Purwokerto.
Keong Kuah Pedas, dengan bahan utama
keong sawah yang dimasak berkuah dengan
bumbu-bumbu kuat yang memberi nuansa
pedas dan segar hingga ke tenggorokan.
Dage, kudapan mirip kue yang berbahan
dasar ampas kacang yang digumpalkan dan
dijamurkan. Biasa disajikan berupa goreng
tepung berbumbu dan disantap dengan cabe
rawit atau "lombok cengis".
Semayi, lauk dari ampas kelapa yang
dibumbui dan dipanggang di atas api kecil.
Makanan yang menjadi simbol hidup
melarat ini kini sudah amat-sangat susah
ditemukan.
Tegean, adalah sebutan khas Banyumas
untuk sup sayur berkuah bening yang
tampak sangat sederhana namun sangat
menyegarkan. Sayur-mayur berupa
bayam, kecambah kedelai hitam, daun
katuk, dan kedelai hitam butiran lazim
menjadi unsur utama masakan ini. Untuk
bumbunya, selain bahan-bahan yang lazim
seperti bawang merah dan bawang putih,
tegean juga bercirikan dengan "geprekan"
kencur yang sangat menyegarkan.
Empal basah, berupa masakan berbahan
dasar daging dan tetelan sapi yang
dimasak dengan kuah santan yang kental.
Kekhasan empal basah Banyumasan
adalah adanya sensasi gatal dan geli yang
ditimbulkan oleh campuran srundeng di
dalam kuah kental tersebut. Empal basah
sangat cocok dimakan dengan ketupat
berkulit janur (jangan ketupat berkulit
plastik).
Themplek, kudapan ringan dari ampas
tahu berbumbu yang digoreng dengan
adonan tepung. Makanan yang akan
meninggalkan rasa seret di tenggorokan ini
sudah semakin jarang ditemui.
Adapun jenis-jenis makanan lain yang
akan diulas lebih lanjut adalah: ranjem, mi
thayel, timus, klanthing, sempora (awug-
awug), utri, puli (ciwel), ongol-ongol,
gebral, kluban, grontol, mireng, kamir,
moho, golang-galing, nopia, lopis, ondol-
ondol, widaran, angleng klapa, angleng
kacang, rujak mentah, rujak mateng,
ampyang, grebi, dampleng (mirip combro)
Pembagian Wilayah Administratif
Purwokerto dibagi atas 4 (empat)
kecamatan, yaitu:
a. Wilayah Kecamatan Purwokerto
Utara, terdiri dari:
O
1. Kelurahan Bancarkembar,
2. Kelurahan Purwonegoro,
3. Kelurahan Pabuwarasan,
4. Kelurahan Karangwangkal,
5. Kelurahan Sumampir;
6. Kelurahan Grandang;
7. Desa Bobusan.
b .Wilayah Kecamatan Purwokerto
Selatan, terdiri dari :
1. Kelurahan Karanglesem;
2. Kelurahan Berkoh;
3. Kelurahan Teluk;
4. Kelurahan Karangpucung;
5. Kelurahan Tanjung;
6. Kelurahan Purwokerto Kulon;
7. Kelurahan Purwokerto Kidul;
c. Wilayah Kecamatan Purwokerto
Barat, terditi dari:
1. Kelurahan Rejasari;
2. Kelurahan Bantarsoka;
3. Kelurahan Karanoewas Lor;
4. Kelurahan Kedungwuluh;
5. Kelurahan Kober;
6. Kelurahan Pasirmuncang;
7. Kelurahan Pasir Kidul.
d. Wilayah Kecamatan Purwokerto
Timur, terdiri dari :
1. Kelurahan Purwokerto Wetan;
2. Kelurahan Arcawinangun;
3. Kelurahan Mersi;
4. Kelurahan Purwokerto Lor;
5. Kelurahan Kranji;
6. Kelurahan Sekanegara.
Itu tadi sedikit tentang purwokerto yang semakin tahun semakin padat, kedepan saya akan memosting tentang kecamata tempat saya tinggal, Sokaraja dengan getuk gorengnya yah..
Terima kasih.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/
Purwokerto
http://legislasi.mahkamahagung.go.id/
docs/PP/
PP_1982_36_PEMBENTUKAN
%20KOTA%20ADMINISTRATIF
%20PURWOKERTO.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar